Aksi
Nyata Modul 1.4
MODUL
1.4 BUDAYA POSITIF
OLEH : SOPIAN PURBA,
S.Pd.K (CGP ANGKATAN 9 HUMBANG HASUNDUTAN)
A.
Pengantar
Segala puji Syukur kepada Tuhan yang
maha Esa, atas perkenanannya kita diberi kesahatan dan kesempatan dalam
melakukan segala kegiatan. Pada kesempatan yang baik ini saya akan mencoba
membuat sebuah Artikel yang berkaitan dengan modul 1.4 Budaya Positif, sebagai
bagian dari penyelesaian tugas di Learning management System (LMS) pendidikan
guru penggerak angkatan 9 Kabupaten Humbang Hasundutan, tepatnya di tempat
tugas saya SMP Negeri 5 Pakkat.
B.
Hal-hal yang mendukung terwujudnya
budaya Positif
Berikut ini saya gambarkan enam hal yang harus kita pahami
mendukung terjadinya budaya positif.
1.
Perubahan
paradigma Belajar Stimulus Respon
2.
Disiplin Positif
3.
Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia :
4.
Kebutuhan Dasar Manusia
5.
Lima Posisi Kontrol
6. Keyakinan kelas
Dalam pembentukan keyakinan kelas,
1) Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih
rinci dan konkrit.
2) Keyakinan kelas berupa pernyataan-Pernyataan universal.
3) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
4) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
5) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan
tersebut.
6) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
7) Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu. pertama-tama
perlu diciptakan dan disepakati adalah keyakinan-keyakinan atau prinsip-prinsip
dasar bersama warga kelas. Dan salah satu yang telah disepakati yaitu budaya
malu, dengan kesepakatan “ Saya malu jika”
7. Segitiga Restitusi
C.
Menerapkan Budaya positif di sekolah
Pada kesempatan ini saya akan
mencoba menuliskan beberapa hal yang saya lakukan di sekolah dalam menerapkan
budaya positif khususnya kepada siswa yang bermasalah.
1.
Menerapkan
segitiga restitusi kepada siswa yang berkelahi
Adalah
dua orang siswa kelas IX A namanya Felix dan Rivaldo pada hari ini jumat 20
Oktober 2023 mereka dilaporkan temannya karena melakukan perkelahian di kelas. Setelah
saya Tanya-tanya tanpa menghakimi mereka jujur bahwa kesalahan ada pada mereka
berdua yaitu satu orang merasa teman yang lain sangat menjengkelkan sehingga
mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Maka teman yang lain mulai emosi dan
mereka melakukan perkelahian. Saya menempatkan diri sebagai manejer dalam
posisi kontrol. Pada akhirnya pembicaraan kami berakhir dengan baik, mereka
menyadari bahwa mereka salah, mereka tahu kesepakatan kelas yang mereka langgar
terutama mereka sadar bahwa yang mereka lakukan sama-sama merugika mereka
sendiri. Mereka saling meminta maaf, berpelukan dan berjanji tidak mengulangi
kesalahannya. Mereka juga saya tantang untuk menyebutkan apa kebaikan
teman(lawannya berkelahi) dan mereka mampu meyebutkannya artinya mereka sadar
dan boleh berpikir positif kepada temannya.
2. Menerapkan
Posisi Kontrol sebagai manejer Terhadap siswa yang melanggar aturan
Namanya
Stiven The Martin Manullang kelas VIII B kerap dianggap guru lain sebagai siswa
yang bandal dan selalu dihukum. Tapi saya mencoba melakukan pendekatan
menerapkan posisi kontrol sebagai Manejer. Hari ini dia melempar bola kepada
teman perempuan hingga merasa kesakitan. Dia mengaku salah saya tidak
menghakiminya, dia dengan sadar meminta maaf.
3. Memahami
siswa dengan kebutuhannya
Seorang Siswa kelas VII A
namanya Alpryando Simamora, kerap membuat ulah di kelas, memiliki kepercayaan
diri yang tinggi, seolah-olah senang untuk diperhatikan dan tidak takut jika
dihukum. Maka saya mencoba mendengar apa yang menjadi alasannya kerap membuat
ulah, rupanya ulah yang dia buat bagi dia hanya candaan, namun akhirnya dia
menyadari bahwa karena tingkahnya banyak temannya yang tidak menyukainya.
4. Implikasi keyakinan kelas
Namanya Vedrian Pandiangan kelas VIIIa, tidak
termasuk siswa yang nakal namun dia sering absen dan rambutnya sering tidak
sesuai aturan. Saya mendiskusikan tentang keyakinan kelas tentang rambut yang
tidak rapi. Kami sepakat bahwa rambut yang tidak rapi merugikan diri sendiri
sebab dia akan tampak tidak rapi, lebih susah merawatnya dan terutama akan
berdampak pada kesehatan. Maka kami sepakat bahwa kita akan lebih banyak untung
dengan rambut rapi, selain itu masalah ramput selalu saya upayakan rambut saya
tidak lebih dari 3 cm, maka saya selalu lebih dulu menjadi contoh.
5. Menerapkan keyakinan kelas
Mereka adalah dua orang siswa kelas VIIIa. Keduanya
kerap membuat gaduh, nyaris setiap hari ada saja temannya yang melapor tingkah
mereka yang membuat temannya tidak nyaman. Kami berdiskusi santai, mereka tahu
aturan dan mereka sadar akan sikap mereka. Agar mereka tidak malah menganggap
bahwa kesalahan mereka ditoleransi penuh. Maka kami kembali memperjelas
keyakinan kelas mereka.
6. Mendiskusikan
Ulang keyakinan kelas
Melihat seringnya
terjadi pelanggaran terhadap keyakinan kelas saya mencoba membicarakan ulang
tentang keyakinan kelas tersebut dengan beberapa orang yang keras bermasalah
ternyata tidak ada yang salah dengan aturan itu dan keyakinan kelas itu
melainkan mereka sadar merekalah yang sengaja melanggarnya, dan saya menyadari
bahwa lima kebutuhan dasar manusia memang benar adanya.
D.
Menyebarkan pemahaman Budaya Positif
Menyebarkan Pemahaman
budaya Positif saya lakukan di SMP Negeri 5 Pakkat kepada komunitas guru pada
hari ini jumat 20 Oktober 2023 pukul 11.00 s.d 12.00 di Kantor Guru dan
pegawai. Diskusi kami cukup hangat dan saling bertukar pendapat, mencapai
sebuah kesimpulan untuk menerapkan budaya positif sebisa mungkin.
E.
Penutup
Demikianlah
koneksi antar materi ini menjadi sebuah refleksi bagi saya untuk mewujudkan
budaya positif di sekolah. Sekian dan terima Kasih.